Give Thanks To Allah

Dahulu, aku punya mimpi. Mimpi yang telah tertanam sejak aku balita.
Mimpiku sederhana.
Naik pesawat.
Setiap pesawat yang melintas dilangit, aku selalu berdoa
“Yaallah, aku mau naik pesawat”
Lalu, Allah mengijabah mimpiku.


Day 1
Pagi buta pukul 00.10 alarm membangunkan dari tidur singkatku. Aku bergegas menghubungi kakak-ku yang segera mengantarkanku ke Bandara International Soekarno Hatta. Setelah kakak-ku sampai kerumahku, kami bergegas menuju bandara. Tak ku sangka-sangka disana telah hadir saudara-saudariku di SEF yang dengan sambutan hangat berniat untuk mengucap salam perpisahan sebelum kami, aku dan ke-enam saudaraku, menuju Negeri Jiran, Malaysia.
Perjalanan di pesawat terasa cepat, mungkin itu karena mataku tak pernah bosan menatap langit dan mengucap syukur dalam hati atas tercapainya mimpi sederhanaku ini, naik pesawat.
Sesampainya di Bandara International Kuala Lumpur, aku segera menghubungi ayahku. Ayahku menanyakan kabarku begitu juga umi yang tak kalah semangat memberikan support via handphone.
Pukul 13.10 kami sampai di penginapan dimana hotel kami terbagi dua, yakni Hotel Grand Maria untuk akhwat dan Hotel Grand Mutiara untuk ikhwan. Hotel yang kami tempati begitu nyaman.
Setelah membersihkan diri masing-masing, tepatnya pada pukul 17.00 kami berencana untuk makan malam. Kami telah ditunggu saudara ikhwan di Lobby Hotel. Rumah Makan yang kami pilih melayani begitu banyak jenis makanan khas Malaysia. Namun, lidah indonesiaku menolak untuk kembali datang ke Rumah Makan tersebut.
Setelah mengadakan perbincangan mengenai aturan konferensi dan semacamnya, karena waktu masih sore, kami memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata terpopuler di Kuala Lumpur, yakni Twin Towers.
Sesampainya disana ucapan syukur mengalir begitu saja. Begitu bahagianya Allah izinkan aku untuk menatap salah satu keindahan dunia yang telah Allah bangun dengan begitu hebatnya. Kami pulang ke hotel dengan perasaan senang dan gembira.

Day 2
Selepas sholat subuh, aku dan kak ending memutuskan untuk pergi ke suatu kedai makanan dan minuman untuk membeli sarapan kami para akhwat. Setelah sarapan, masing-masing dari kami sibuk dengan kertas ditangan. Olin sibuk melakukan speech dihadapan cermin, kak ending sibuk menulis hal-hal yang berkaitan dengan topik position paper, kak nabbila sibuk membaca halaman demi halaman yang ada ditangannya, sementara aku sibuk merekam speech-ku di handphone agar dapat lebih mudah ku pahami.
Tibalah malam Opening Ceremony Asia Youth International Model United Nation (AYIMUN) 2017.
Disana aku berkenalan dengan banyak orang. Mulai dari sesama Model United Nation sampai pada seseorang yang dahulunya pernah satu universitas dengan Bapak Gubernur Anies Baswedan.
Opening Ceremony berlangsung meriah sekaligus memberi kesan bagi kami untuk harus senantiasa peka terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di Negara tetangga, seperti Suriah dan Myanmar. Hal tersebut memberi dorongan tersendiri bagi diriku untuk turut berkontribusi terhadap masalah dunia yang kerap terjadi.
Setelahnya, malam itu kami tutup dengan mengadakan diskusi kecil terkait pelaksanaan Konferensi esok hari. Mulai dari General Speakers, Unmoderate Caucus, Moderate Caucus, Debate sampai pada tips and trick yang sebaiknya dilakukan maupun yang tidak.

Day 3
konferensi dimulai pada pukul 09.00. Masing-masing delegasi telah duduk dibangku masing-masing. Sesi pertama dimulai dengan absensi tiap delegasi, setelah itu dilaksankannya sesi speakers list dan dilanjutkan dengan moderate caucus dan terakhir unmoderate caucus. Saat speakers list berlangsung, aku sebagai delegasi Negara Lithuania memberanikan diri untuk berbicara dihadapan umum, mengutarakan apa yang terjadi di Negara yang kuwakilkan sekaligus memberi beberapa solusi terkait topic yang dibahas.
Bagiku, itu semua tidak mudah. Berbicara dihadapan 151 delegasi lainnya dimana diantaranya terdapat banyak delegasi yang berasal dari selain Indonesia. Kesempatan tidak datang dua kali. Allah menguatkan hatiku untuk memberanikan diri.  Aku bukan orang yang takut salah. Dengan aku melewatkan kesempatan ini, berarti aku telah menyia-nyiakan karunia yang telah Allah beri untuk bisa sampai di Negeri Jiran ini.
Disaat sesi speakers list usai, sesi unmoderate caucus-pun berlangsung setelah makan siang. Saat aku bergegas untuk masuk kembali ke ballroom ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan “ Lithuania!”. Dia adalah delegasi dari Negara Jepang. Ia mengajakku untuk bergabung dengan delegasi yang lain untuk berdiskusi pada sesi unmoderate caucus. Disitu aku merasa diakui dan dihargai.
Saat sesi unmoderate caucus telah usai, dilanjutkan dengan sesi terakhir yaitu moderate caucus yang dimana pada sesi tersebut aku juga memberanikan diri untuk melakukan speech pada speakers list.
Konferensi selesai dan aku sangat bersyukur atas kekuatan yang Allah berikan kepadaku untuk meninggalkan comfort zone yang selama ini ada pada diriku, yakni pemalu dan takut salah. Satu hari melelahkan yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.
Ada yang tak kalah membahagiakan selain berkesempatan untuk keluar dari comfort zone-ku, yaitu mengenal Athira. Mahasiswi Universitas ternama di Malaysia. Universitas yang layaknya seperti kairo milik Malaysia, yaitu International Islamic University of Malaysia. Athira adalah teman yang ramah, rendah hati dan pandai bergaul. Ia menawakan diri untuk menemani kami berkeliling tempat wisata di Kuala Lumpur. Kesempatan baik tersebut-pun tidak kami lewatkan.

Day 4
Pagi pukul 10.00 kami semua sudah berkumpul di stasiun LRT Chow Kit. Selain kami bertujuh dan athira, terdapat Arif dan Aiman yang juga merupakan mahasiswa IIUM yang dengan senang hati ikut menemani kami berwisata.
Perjalanan dimulai menuju Mesjid Jamek, sebelumnya kami juga berkunjung ke Pasar Seni yang kebetulan menjual berbagai pernak-pernik yang dapat dibeli sebagai ‘buah tangan’.
Setelah ke Mesjid Jamek kami melewati beberapa Mesjid Kuno nan Megah ala bangunan Inggris yang membuat aku tak sabar untuk mengabadikan moment tersebut sebanyak-banyaknya. Selanjutnya kami berjalan kaki menuju Mesjid Negara yang tak kalah luas dengan Mesjid-Mesjid sebelumnya.
Setelah mendirikan sholat zuhur di Mesjid Negara, kami melanjutkan perjalanan menuju International Islamic University Of Malaysia. Universitas yang telah menggunakan system bilingual class itu begitu luas, selain itu bangunan yang kental dengan nuansa islami tak luput dari perhatianku.
Waktu telah menunjukan pukul 17.00, mengingat Closing Ceremony akan dimulai pada pukul 19.00 maka kami segera pulang ke penginapan, sedangkan athira dijemput oleh kedua orangtuanya. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya karena Athira telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk kami.
Closing ceremony berlangsung meriah dengan ditampilkannya tarian tradisional dari berbagai Negara di Asia, khususnya Indonesia. Berbagai macam kostum tradisional yang dikenakan oleh para delegasi membuat acara semakin berkesan. Makan malam disajikan dengan begitu mewah. Sungguh, begitu besar nikmat Allah.
Sesi Pemberian Penghargaan-pun tiba. Namun, Allah yang Maha Penyayang belum merezekikan kami untuk dapat memperoleh Penghargaan tersebut.
Terakhir dan terkenang dari Closing Ceremony bagiku ialah saat penutupan acara dengan menyanyikan lagu Heal The World milik Almarhum Michael Jackson. Lagu yang bernuansa kalbu ini memiliki lirik yang begitu menyentuh mengenai pentingnya melihat dunia dengan mata hati.
Sebelum pulang ke penginapan tak lupa kami mengabadikan moment bersama setelah memperoleh sertifikat sebagai delagasi dari masing-masing council.

Day 5
Hari terakhir. Secercah kenangan pada empat hari sebelumnya mulai membuat hati mellow tak karuan. Rindu, gelisah, senang, gembira menjadi satu. Kami chek out pada pukul 09.00, namun berhubung hari terakhir kami telah mengagendakan hari tersebut sebagai hari berwisata maka barang bawaan kami seperti koper kami titip pada resepsionis hotel.
Kami menuju Genting Highland, namun sebelumnya kami makan siang terlebih dahulu di Rumah Makan Selera yang ternyata beberapa penjualnya ialah Warga Negara Indonesia. Setelah mengisi perut, kami menuju LRT Chow Kit, kami turun di Gambok dan lanjut menaiki bus. Perjalanan memakan waktu kurang lebih selama dua jam. Sesampainya di Genting Highland kami senang sekali, udara begitu sejuk, kabut terlihat sejauh mata memandang  serta cuaca yang tidak terik namun tidak mendung membuat kami betah berlama-lama disana. Gembira bukan main saat kami telah menaiki Casino Sky, rasa lelah sirna dalam sekejap disaat Allah tampakan kepada kami keindahan yang telah dibuat-Nya.
Pukul 16.00 kami menuju Central Market untuk membeli coklat sebagai oleh-oleh. Setelahnya, kami segera kami kembali ke penginapan untuk mengambil koper yang kami titipkan pada resepsionis.
Kami menuju Bandara Internasional Kuala Lumpur pukul 19.30. Disana kami makan malam terlebih dahulu dengan masing-masing sebungkus nasi lemak hasil patungan.
Olin, Kak Endang dan Kak Wawan menuju Indonesia terlebih dahulu karena jadwal penerbangan mereka yakni pukul 22.50 sedangkan Aku, Kak Nabbila, Kak Rahmat dan Kak Wizly pukul 23.55.
Ada satu kebahagiaan kecil lagi yang Allah berikan padaku. Aku menempati kursi baris A bertepatan dengan jendela untuk dapat melihat sayap kiri pesawat. Indahnya luar biasa dapat melihat bagaimana kuasa Allah untuk dapat menerbangkan pesawat yang berisi puluhan penumpang didalamnya sekaligus menyaksikan betapa indahnya dunia yang penuh lampu-lampu gemerlap. Sungguh, Allah Maha Baik.


The End.


Itulah lima hari terbaik yang pernah ada dalam hidupku.
Ini bukan tentang kemewahan hotel bintang lima yang menjadi vanue acara kami.
Ini bukan tentang kemegahan acara yang berlangsung selama empat hari.
Juga bukan tentang kehebatan yang membuat kami diterima sebagai salah satu delegasi dari Indonesia.

Tetapi, ini semua tentang kasih sayang Allah yang senantiasa memperhatikan setiap tetes air mata yang jatuh ketika kami bersujud.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliah, Lomba, Organisasi. Why not?

The Beauty of Islam Perspective That We Need to Learn

Judgement and Decision Making Podcast #dirumahaja